Harga Energi Mandek: Sinyal Ekonomi Global Melemah?

Newsmenit.com Semoga kebahagiaan menyertai setiap langkahmu. Pada Kesempatan Ini mari kita bahas Business, News, Indonesia, Dunia yang lagi ramai dibicarakan. Artikel Ini Menawarkan Business, News, Indonesia, Dunia Harga Energi Mandek Sinyal Ekonomi Global Melemah Tetap fokus dan ikuti pembahasan sampe selesai.
Table of Contents
Laporan terbaru dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) yang dirilis pada hari Kamis, menyoroti bahwa upaya menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah tidak aktif di Amerika Serikat adalah langkah yang tidak ekonomis. Inisiatif ini, yang dipicu oleh kebijakan Presiden Trump, bertujuan untuk mengaktifkan kembali 102 unit pembangkit yang telah ditutup dalam empat tahun terakhir.
Menurut IEEFA, usia rata-rata pembangkit yang telah dipensiunkan adalah 56 tahun. Semakin tua usia pembangkit, semakin tinggi pula biaya pemeliharaannya, yang secara langsung meningkatkan biaya produksi listrik. Unit-unit ini, dengan total kapasitas 36.566 megawatt (MW), memerlukan perawatan besar dan mahal untuk dapat beroperasi kembali.
Sentimen terkait kebijakan Trump untuk menghidupkan kembali industri batu bara, terutama di wilayah seperti West Virginia, telah menyebabkan fluktuasi harga batu bara sepanjang minggu ini. Sementara itu, kekhawatiran tentang rendahnya permintaan minyak juga membebani harga minyak global.
Secara keseluruhan, harga komoditas seperti batu bara dan minyak dunia relatif stabil sepanjang pekan 7-11 April 2025. Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara mengalami apresiasi mingguan sebesar 1,02%, naik dari US$98 per ton menjadi US$99 per ton.
Di pasar minyak, harga Brent berada di posisi US$ 64,76 per barel dan WTI di US$ 61,5 per barel pada hari Jumat, 11 April 2025. Meskipun sempat menguat setelah pengumuman perubahan kebijakan tarif oleh Trump, kedua harga tersebut masih berada di zona terendah dalam empat tahun terakhir.
Goldman Sachs telah merevisi proyeksi harga minyak untuk akhir tahun menjadi US$62 untuk Brent dan US$58 untuk WTI. Kekhawatiran akan potensi gangguan pertumbuhan ekonomi akibat pembalasan tarif atau penurunan ekspor dapat menyebabkan kelebihan pasokan di pasar energi global dalam waktu dekat.
China, yang dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan penurunan permintaan industri dan konsumsi minyak, memberikan tekanan tambahan pada pasar. Keputusan OPEC+ untuk mempercepat jadwal penambahan produksi juga semakin membebani prospek harga minyak.
Demikianlah harga energi mandek sinyal ekonomi global melemah telah saya uraikan secara lengkap dalam business, news, indonesia, dunia Semoga artikel ini menjadi langkah awal untuk belajar lebih lanjut selalu berpikir ke depan dan jaga kesehatan finansial. Silakan bagikan kepada orang-orang terdekat. Terima kasih telah meluangkan waktu
✦ Tanya AI