Kerokan dan Masuk Angin: Wisata Wellness Dongkrak Ekonomi!

Newsmenit.com Assalamualaikum semoga kita selalu dalam kebaikan. Hari Ini saya ingin membahas berbagai perspektif tentang Travel, Indonesia, Trens, Dunia. Artikel Mengenai Travel, Indonesia, Trens, Dunia Kerokan dan Masuk Angin Wisata Wellness Dongkrak Ekonomi Simak penjelasan detailnya hingga selesai.

1.1. Kesimpulan:

Pada tanggal 10 Juni 2025, Atik Triratnawati, M.A., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Antropologi Kesehatan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Atik mengangkat tema menarik, yaitu fenomena budaya masuk angin.

Prof. Atik menjelaskan bahwa masuk angin bukan sekadar gangguan kesehatan ringan, melainkan sebuah konsep budaya yang kaya makna. Ini mencerminkan bagaimana masyarakat Jawa memahami sakit dan mencari penyembuhan. Ada tiga aspek penting dalam memahami masuk angin: gagasan, perilaku, dan artefak yang melekat pada cara masyarakat merespons kondisi ini.

Penelitian Prof. Atik menyoroti potensi besar praktik tradisional Indonesia dalam mendukung pariwisata kesehatan, khususnya wellness tourism. Berbeda dengan medical tourism yang fokus pada pengobatan penyakit, wellness tourism menekankan pencegahan penyakit, gaya hidup sehat, dan keseimbangan tubuh serta jiwa. Aktivitas seperti yoga, meditasi, spa, detoksifikasi, dan pengobatan tradisional menjadi daya tarik utama.

Praktik tradisional seperti kerokan, penggunaan balsam, minyak, dan rempah-rempah dalam bentuk minuman atau saset, memiliki peran penting dalam proses penyembuhan. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, kerokan sudah menjadi rutinitas. Namun, bagi wisatawan mancanegara, ini adalah pengalaman otentik dan eksotis yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata kesehatan berbasis budaya.

Menurut Global Wellness Institute, wellness tourism adalah perjalanan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan pribadi secara fisik, mental, dan spiritual. Dalam konteks ini, praktik seperti kerokan, pijat tradisional, dan pengobatan herbal sangat relevan dengan tren global yang semakin memperhatikan kesehatan holistik.

Prof. Atik juga menyoroti bahwa istilah masuk angin kini meluas ke bidang politik dan ekonomi, menunjukkan evolusi budaya dan relevansinya dalam berbagai aspek kehidupan.

Potensi wisata kesehatan berbasis kearifan lokal ini sangat besar. Banyak negara telah menjadikan budaya penyembuhan tradisional sebagai daya tarik pariwisata, seperti Ayurveda di India dan Thai Massage di Thailand. Bali, dengan penyelenggaraan Bali Wellness and Beauty Expo pertama pada 27-29 Juni 2025, memainkan peran penting dalam membentuk wajah pariwisata wellness Indonesia.

Penelitian Prof. Atik sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam mempromosikan obat-obatan yang terjangkau dan kesetaraan kesehatan. Memahami praktik budaya seputar kesehatan dapat menghasilkan solusi perawatan kesehatan yang lebih efektif dan mudah diakses oleh masyarakat.

Kesimpulan: Potensi wisata wellness di Indonesia sangat besar, terutama dengan memanfaatkan kearifan lokal seperti praktik pengobatan tradisional masuk angin. Pengembangan sektor ini dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan, serta mendukung pencapaian SDGs.