• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Konflik Israel-Iran Memanas: Harga Minyak Dunia Terancam Meroket!

img

Newsmenit.com Assalamualaikum semoga kita selalu dalam kebaikan. Sekarang aku mau menjelaskan apa itu Business, News, Indonesia, Dunia secara mendalam. Tulisan Ini Menjelaskan Business, News, Indonesia, Dunia Konflik IsraelIran Memanas Harga Minyak Dunia Terancam Meroket Yok ikuti terus sampai akhir untuk informasi lengkapnya.

    Table of Contents

Pada tanggal 12 Juni 2025, JP Morgan, sebuah bank investasi terkemuka dari AS, mengeluarkan peringatan terkait potensi lonjakan harga minyak dunia akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Konflik yang melibatkan Iran, Israel, dan Amerika Serikat menjadi perhatian utama.

Eskalasi konflik antara Iran dan Israel memicu spekulasi tentang seberapa tinggi harga minyak dapat melonjak. Beberapa proyeksi bahkan menyebutkan kemungkinan mencapai US$130 per barel jika Selat Hormuz, jalur vital untuk sepertiga ekspor minyak dunia, terganggu. Serangan balasan yang terjadi pada tanggal 15 Juni 2025 semakin memperburuk situasi.

JP Morgan memperingatkan bahwa dalam skenario terburuk, penutupan Selat Hormuz akibat perang Israel-Iran dapat menyebabkan harga minyak melambung ke level ekstrem, antara US$120 hingga US$130 per barel. Meskipun ketegangan meningkat, belum ada gangguan signifikan terhadap pasokan minyak fisik.

Lonjakan volume perdagangan menunjukkan adanya akumulasi posisi spekulatif terkait risiko pasokan global. Selisih kontrak opsi Brent Desember meningkat menjadi US$3,48, mengindikasikan bahwa para trader bersiap menghadapi skenario harga tinggi yang berkepanjangan.

Harga minyak dunia terus mengalami reli tajam selama sepekan terakhir, mencapai level tertinggi sejak Januari 2025, yaitu US$78,50 untuk Brent dan US$77,62 untuk WTI. Sebagai respons, Iran meluncurkan puluhan rudal ke Haifa dan Tel Aviv, meningkatkan kekhawatiran akan meluasnya konflik ke wilayah Teluk.

Menurut data ABC News, lebih dari 100 drone Iran telah diluncurkan sejak Jumat, menyebabkan ratusan korban jiwa dan ribuan luka-luka di kedua negara. Iran dilaporkan mempertimbangkan opsi untuk menutup Selat Hormuz sebagai bentuk tekanan balik. Bersamaan dengan itu, harga emas dan dolar AS juga mengalami kenaikan sebagai aset safe haven, mencerminkan ketidakpastian pasar.

Reli harga minyak dimulai sejak tanggal 13 Juni 2025, dengan Brent dan WTI melonjak lebih dari 7% dalam sehari. Data Refinitiv mencatat bahwa harga minyak Brent kontrak Agustus naik menjadi US$74,94 per barel pada penutupan tanggal 16 Juni 2025, naik 0,96% dari akhir pekan sebelumnya.

Selat Hormuz, yang menjadi jalur pengiriman sekitar 20% minyak dunia, menjadi titik krusial. JPMorgan memperkirakan bahwa penutupan penuh Selat Hormuz dapat mendorong harga minyak ke kisaran US$120-130 per barel. Meskipun demikian, mereka tetap mempertahankan proyeksi harga Brent di kisaran US$60 per barel untuk tahun 2025 dan 2026.

Sepanjang pekan lalu, minyak mencatatkan kenaikan mingguan terbesar dalam dua tahun terakhir, yaitu 13% untuk WTI. Arab Saudi dan UEA masih memiliki opsi untuk mengalihkan ekspor melalui jalur Laut Merah dan pelabuhan Fujairah. OPEC+ juga memiliki kapasitas cadangan untuk meredam gejolak jika diperlukan.

Namun, analis dari Barclays dan SEB Energy memperingatkan bahwa jika konflik meluas ke fasilitas pengilangan atau ekspor minyak Iran ke China terganggu, pasar dapat menjadi lebih tidak stabil. Dalam jangka pendek, volatilitas diperkirakan akan tetap tinggi dan reli harga masih berpotensi berlanjut.

Pasar saat ini berada dalam fase yang disebut sebagai controlled confrontation oleh analis Lombard Odier, yang berarti konflik intens namun belum meluas. Selama perang terus bereskalasi dan menargetkan infrastruktur energi utama, pasar minyak global akan tetap berada dalam zona merah.

Demikianlah konflik israeliran memanas harga minyak dunia terancam meroket sudah saya jabarkan secara detail dalam business, news, indonesia, dunia Terima kasih atas antusiasme Anda dalam membaca selalu berpikir solusi dan rawat kesehatan mental. Jika kamu peduli lihat artikel lain di bawah ini.

© Copyright 2024 - Newsmenit Situs Berita Terbaru Terkini Setiap Menit
Added Successfully

Type above and press Enter to search.