Ompreng Stainless Steel: Pilih Aman, Kode 304 atau 201?

Newsmenit.com Selamat datang semoga kalian mendapatkan manfaat. Di Kutipan Ini saya ingin menjelaskan lebih dalam tentang Food, News, Indonesia. Artikel Dengan Tema Food, News, Indonesia Ompreng Stainless Steel Pilih Aman Kode 304 atau 201 Pelajari detailnya dengan membaca hingga akhir.

Pada tanggal 20 Agustus 2025, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melalui akun Instagram @ylki_id menyoroti temuan Asosiasi Produsen Wadah Makanan Indonesia (APMAKI) terkait ompreng impor yang tidak memenuhi standar dalam program tertentu. Ompreng yang seharusnya menggunakan stainless steel SUS 304 (food grade) ternyata hanya menggunakan SUS 201 yang kualitasnya lebih rendah.

Stainless steel 304 adalah jenis baja tahan karat austenitik yang paling umum digunakan. Material ini dikenal karena ketahanannya terhadap korosi, suhu ekstrem, dan kondisi lingkungan yang keras. Sifatnya yang serbaguna, food-grade, dan mudah dibersihkan menjadikannya pilihan ideal untuk alat makan, alat dapur, alat industri makanan, serta berbagai aplikasi arsitektur dan konstruksi. Penggunaannya dianggap ideal karena aman untuk kesehatan dan tahan lama.

Sementara itu, stainless steel 201 adalah alternatif yang lebih terjangkau dari 304. Proses produksinya mengurangi kandungan nikel dan menggantinya dengan mangan dan nitrogen untuk menekan biaya produksi. Namun, penggunaan ompreng tipe 201 yang diduga mengandung mangan tinggi tidak cocok untuk makanan asam.

Jenis logam ini memiliki kekuatan mekanik yang baik dan kemampuan pembentukan yang bagus, sehingga menjadi pilihan ekonomis untuk peralatan rumah tangga, industri otomotif, dan konstruksi. Akan tetapi, ketahanan korosinya lebih rendah dibandingkan stainless steel 304 dan dapat menunjukkan perubahan warna atau karat seiring waktu, terutama di lingkungan yang agresif.

Pada tanggal 27 Agustus, akun Instagram @halalcorner dan @aishamaharani juga menyoroti perbedaan bahan antara ompreng yang seharusnya menggunakan stainless steel 304 (food grade) dan yang menggunakan bahan lain. Penggunaan ompreng yang tidak tepat dapat menimbulkan risiko keracunan dan efek kesehatan jangka panjang.

Laporan APMAKI juga mengklaim adanya dugaan praktik pemalsuan label 'Made in Indonesia' dan logo SNI pada ompreng yang sebenarnya diproduksi di China. Diduga ada 30-40 pabrik produsen ompreng makanan di China yang memproduksi untuk pasar global, termasuk untuk program tertentu di Indonesia.