Orang Arab Berburu Tanaman Al-Quran di Indonesia.

Newsmenit.com Semoga kalian selalu dikelilingi kebahagiaan ya. Pada Detik Ini mari kita telaah berbagai sudut pandang tentang Lifestyle, News, Indonesia, Trends. Informasi Praktis Mengenai Lifestyle, News, Indonesia, Trends Orang Arab Berburu Tanaman AlQuran di Indonesia Pastikan Anda mengikuti pembahasan sampai akhir.

Seiring berjalannya waktu, peningkatan signifikan kedatangan bangsa Arab ke Sumatera terjadi setelah kamper dari Barus diakui kualitasnya, melampaui kamper dari Malaya dan Kalimantan. Kinnon (2013) dalam Ancient Fansur, Aceh's Atlantis, menjelaskan bahwa jaringan perdagangan yang kuat memungkinkan bangsa Arab mengetahui bahwa pusat tanaman kamper berada di Indonesia, khususnya di Pulau Sumatera.

Pedagang Arab sering menyebut Barus sebagai pelabuhan penting untuk komoditas, terutama kamper. Mereka menggunakan kapal besar untuk mengangkut kapur barus dalam jumlah besar, yang kemudian dijual dengan harga tinggi di pasar internasional. Namun, pada awalnya, kamper sulit didapatkan oleh masyarakat Arab karena bukan tanaman asli wilayah mereka.

Dalam Al-Quran, terdapat janji bagi orang-orang yang berbuat kebajikan untuk minum dari gelas (berisi minuman) bercampur air kafur. Beberapa ulama menafsirkan air kafur sebagai air tanaman kamper atau kapur barus. Namun, kafur yang disebutkan dalam Al-Quran sebenarnya adalah tanaman populer di Arab dengan nama Latin Dryobalanops aromatica. Tanaman ini memiliki aroma yang sangat harum dan dapat diminum karena menyehatkan tubuh.

Oleh karena itu, bangsa Arab harus mencari pusat tanaman kamper, yang membawa para pedagang ke wilayah yang jauh di bagian timur bumi. Hal ini mendorong banyak warga Arab, terutama pedagang, untuk berbondong-bondong datang ke Sumatera. Mereka rela melakukan perjalanan laut yang panjang dari Arab untuk mendapatkan kamper.

Sejarawan Claude Guillot (2008) dalam Barus Seribu Tahun yang Lalu, mencatat bahwa orang Arab tiba di Barus melalui perjalanan langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon (Sri Lanka), dan kemudian mencapai Pantai Barat Sumatera. Di sinilah Barus terbukti sebagai daerah penghasil kamper dan telah berkembang menjadi pelabuhan penting di Sumatera.

Penemuan lokasi kapur barus di Indonesia mendorong banyak pedagang Arab untuk mengunjungi Barus, baik untuk singgah maupun menetap. Kedatangan mereka tidak hanya bermotif perdagangan, tetapi juga untuk menyebarkan agama Islam. Akibatnya, terjadi Islamisasi terhadap penduduk lokal di tempat-tempat kedatangan kapal Arab, seperti Barus (Fansur), Thobri (Lamri), dan Haru.

Hal ini dibuktikan dengan keberadaan kompleks makam kuno Mahligai di Barus. Dari sini, muncul teori tentang kedatangan Islam di Indonesia, yang masih menjadi perdebatan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa secara bertahap terjadi proses penyebaran Islam di sana.

Terlepas dari kebenaran teori tersebut, pedagang Muslim di Barus berhasil membentuk jaringan perdagangan yang menghubungkan dunia Arab dengan Indonesia, membuat Tanah Air terkenal sejak zaman dahulu.