Rinjani Sakral Terusik: Glamping & Seaplane, Jangan Sentuh!

Newsmenit.com Selamat berjumpa kembali di blog ini. Di Tulisan Ini saya ingin membahas Travel, Indonesia, Trens, Dunia yang sedang trending. Konten Informatif Tentang Travel, Indonesia, Trens, Dunia Rinjani Sakral Terusik Glamping Seaplane Jangan Sentuh Simak artikel ini sampai habis
- 1.1. 7 Agustus 2025
- 2.1. 27 Juli 2025
Table of Contents
Polemik rencana pembangunan glamping dan seaplane di kawasan Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) terus bergulir. Masyarakat adat setempat dengan tegas menolak wacana tersebut, mengkhawatirkan dampak negatif terhadap lingkungan dan tatanan sosial budaya.
Raden Kertamono, tokoh adat Bayan, dalam sebuah wawancara pada Kamis, 7 Agustus 2025, menekankan kesakralan Gunung Rinjani bagi masyarakat Lombok. Gunung Rinjani itu sakral bagi masyarakat Lombok, jangan dirusak. Kalau sampai rusak, maka rusaklah sumber penghidupan kami di Lombok, ujarnya.
Kertamono menjelaskan bahwa hutan adat selama ini menjadi sumber mata air vital bagi pertanian dan kehidupan masyarakat sekitar. Pembangunan seaplane, glamping, apalagi kereta gantung, dinilai akan merusak ekosistem dan mengganggu keseimbangan alam.
Penolakan ini didasari oleh keyakinan bahwa Gunung Rinjani bukan hanya sekadar gunung, melainkan juga sumber kehidupan dan identitas budaya masyarakat Sasak. Pembangunan yang tidak mempertimbangkan kearifan lokal dan adat istiadat akan merusak tatanan yang telah lama dijaga.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), pada Minggu, 27 Juli 2025, menyatakan akan mengkaji rencana pembangunan tersebut. AHY menekankan pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kebutuhan ruang, dan kelestarian lingkungan dalam setiap rencana pembangunan.
AHY juga mengingatkan agar pembangunan tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan, tetapi juga harus menjaga keseimbangan alam. Segala pembangunan di Gunung Rinjani, menurutnya, seharusnya tidak boleh meninggalkan tanggung jawab terhadap keberlanjutan ekologi.
Kertamono mencontohkan bagaimana sistem adat di Bayan telah lama melestarikan alam, menjaga hutan adat lebih asri dibandingkan kawasan taman nasional. Ia juga menyinggung kejadian kecelakaan pendakian di Rinjani sebagai teguran atas kerusakan yang terjadi.
Lebih lanjut, Kertamono menjelaskan sanksi adat bagi pelanggar aturan, seperti penebang pohon yang harus membayar denda berupa kerbau, uang bolong, beras, dan kelapa. Sistem ini efektif menjaga kelestarian hutan adat.
Masyarakat adat berharap pemerintah dapat mempertimbangkan aspirasi mereka dan mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan yang menghormati kearifan lokal dan menjaga kesakralan Gunung Rinjani.
Terima kasih atas kesabaran Anda membaca rinjani sakral terusik glamping seaplane jangan sentuh dalam travel, indonesia, trens, dunia ini hingga selesai Saya berharap artikel ini menambah wawasan Anda tetap semangat berkarya dan jaga kesehatan tulang. Silakan bagikan kepada orang-orang terdekat. jangan lewatkan artikel lain yang bermanfaat di bawah ini.
✦ Tanya AI