Rupiah Terkapar: Ambisi Mandiri Versus Dominasi Dolar Amerika.

Newsmenit.com Assalamualaikum semoga harimu penuh berkah. Pada Waktu Ini aku mau menjelaskan berbagai manfaat dari Business, News, Indonesia, Dunia. Konten Yang Membahas Business, News, Indonesia, Dunia Rupiah Terkapar Ambisi Mandiri Versus Dominasi Dolar Amerika Dapatkan gambaran lengkap dengan membaca sampai habis.
- 1.1. Tabel Perbandingan Kebijakan Dagang India dan AS
Table of Contents
Hubungan dagang antara India dan Amerika Serikat kembali memanas pada awal Agustus 2025, ditandai dengan ancaman kenaikan tarif dari Presiden Trump. Sentimen pasar yang sudah rapuh akibat ketegangan dagang global semakin diperburuk dengan kebijakan tarif minimum 25% yang sebelumnya ditetapkan untuk barang-barang dari India.
Pada tanggal 5 Agustus 2025, nilai rupee India nyaris menyentuh rekor terendahnya, ditutup pada level INR 97,80/US$. Para pelaku pasar global secara proaktif menekan nilai rupee, merespons ancaman tarif dan potensi eskalasi perang dagang.
Trump menuduh India masih membeli minyak dari Rusia dan peralatan militer dari Moskow, meskipun dunia internasional berusaha menghentikan agresi Rusia di Ukraina. Ancaman ini muncul di tengah kekhawatiran AS terkait kebijakan equalization levy India, yaitu pajak atas pendapatan perusahaan digital asing seperti Google, Amazon, dan Facebook.
India, di bawah kepemimpinan Narendra Modi, mengusung kampanye Atmanirbhar Bharat (India Mandiri), yang menekankan kemandirian produksi dan pengurangan ketergantungan impor. Kebijakan ini seringkali bertentangan dengan tuntutan AS untuk memperkuat perlindungan paten dan membuka pasar bagi perusahaan teknologi Amerika.
Investor asing (FII) menarik dana secara besar-besaran dari pasar saham dan obligasi India, memperlemah nilai rupee. Bank Sentral India (RBI) melakukan intervensi dengan menjual cadangan devisa, namun langkah ini hanya bersifat sementara.
Seorang trader senior di bank swasta India menyatakan keyakinannya bahwa RBI akan turun tangan untuk mencegah pelemahan rupee yang tidak terkendali, terutama di tengah retorika keras dari AS.
India mempertahankan kebijakan tarif impor tinggi untuk sektor-sektor strategis seperti pertanian, elektronik, dan otomotif. AS menganggap ini sebagai hambatan dagang yang tidak adil. Namun, India khawatir bahwa implementasi aturan paten yang lebih ketat akan menaikkan harga obat dan merugikan masyarakatnya.
Menteri Perdagangan Piyush Goyal menegaskan komitmen pemerintah untuk melindungi petani, UMKM, dan sektor-sektor strategis. Sektor pertanian, yang mencakup lebih dari 110 juta petani formal, masih menjadi pilar sosial dan politik yang tak tergantikan bagi negara.
Meskipun mayoritas ekspor India ke AS berasal dari sektor perhiasan, farmasi, dan tekstil, kebijakan tarif berpotensi menyentuh lapisan petani, terutama mereka yang bergantung pada produksi pangan dan komoditas pertanian untuk pasar ekspor.
Dengan dua kekuatan ekonomi yang sama-sama berpihak pada nasionalisme dan proteksionisme, mencapai kompromi dalam perundingan tarif dan perdagangan menjadi sangat sulit. Hubungan dagang antara India dan AS terus diwarnai ketegangan dan pertarungan kepentingan yang alot.
Secara year-to-date (ytd), rupee tercatat telah melemah 2,72% terhadap dolar AS.
Tabel Perbandingan Kebijakan Dagang India dan AS
Kebijakan India | Kekhawatiran AS |
---|---|
Tarif Impor Tinggi | Hambatan Dagang Tidak Adil |
Equalization Levy (Pajak Digital) | Diskriminasi terhadap Perusahaan Teknologi AS |
Subsidi Pertanian | Distorsi Pasar |
Penolakan Perlindungan Paten yang Ketat | Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual |
Selesai sudah pembahasan rupiah terkapar ambisi mandiri versus dominasi dolar amerika yang saya tuangkan dalam business, news, indonesia, dunia Moga moga artikel ini cukup nambah pengetahuan buat kamu kembangkan ide positif dan jaga keseimbangan hidup. Jika kamu suka silakan lihat artikel lain di bawah ini. Terima kasih.
✦ Tanya AI