• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Sarjana Kesehatan Menganggur: Ironi Pendidikan Tinggi di Indonesia?

img

Newsmenit.com Semoga semua mimpi indah terwujud. Pada Blog Ini saya akan mengupas tuntas isu seputar Business, News, Indonesia, Dunia. Ulasan Mendetail Mengenai Business, News, Indonesia, Dunia Sarjana Kesehatan Menganggur Ironi Pendidikan Tinggi di Indonesia Dapatkan informasi lengkap dengan membaca sampai akhir.

Jakarta, 28 Juli 2025 - Tingginya angka pengangguran di kalangan sarjana, terutama di bidang kesehatan dan farmasi, menjadi perhatian serius. Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer, yang akrab disapa Noel, menyoroti bahwa regulasi yang tidak berpihak menjadi penyebab utama masalah ini.

Di Indonesia, lulusan S1 Farmasi belum bisa langsung berpraktik sebagai apoteker. Mereka wajib menempuh Pendidikan Profesi Apoteker (PPA) setelah menyelesaikan gelar sarjana. Program ini berfokus pada praktik kerja profesi apoteker (PKPA). Begitu pula dengan lulusan S1 Kedokteran, mereka harus menyelesaikan Program Profesi Dokter (co-ass) dan lulus uji kompetensi nasional sebelum menjadi dokter.

Keterbatasan kuota pendidikan profesi menjadi hambatan besar. Jumlah program profesi di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah lulusan. Selain itu, biaya pendidikan yang tinggi juga menjadi kendala bagi banyak sarjana.

Noel menjelaskan bahwa dari data PDDikti, jumlah program studi profesi farmasi hanya sekitar 100. Sementara itu, program studi spesialis kedokteran (Sp-1 dan Sp-2) berjumlah 413 dan 51 secara berurutan. Ketidakseimbangan ini menciptakan oversupply lulusan dan meningkatkan potensi pengangguran di sektor kesehatan.

“Masalahnya ada batasan lagi regulasi. Akibatnya, tak sedikit lulusan S1 dari bidang kesehatan yang terjebak dalam status telah menyelesaikan studi, namun tidak bisa terserap di lapangan kerja formal karena belum menyandang status profesional, ujar Noel.

Noel menekankan pentingnya peran negara dalam mengatasi masalah ini. Ia berharap agar negara dapat membiayai pendidikan profesi bagi para sarjana. Menurutnya, jika pengangguran dibiarkan, upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem akan sia-sia.

Solusi yang Diusulkan:

  • Negara membiayai pendidikan profesi bagi sarjana kesehatan dan farmasi.
  • Merevisi regulasi yang menghambat penyerapan lulusan di lapangan kerja.
  • Menambah kuota program studi profesi untuk mengatasi oversupply lulusan.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan angka pengangguran di kalangan sarjana kesehatan dan farmasi dapat ditekan, dan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Itulah pembahasan mengenai sarjana kesehatan menganggur ironi pendidikan tinggi di indonesia yang sudah saya paparkan dalam business, news, indonesia, dunia Saya harap Anda menemukan value dalam artikel ini Jaga semangat dan kesehatan selalu. Ayo bagikan kepada teman-teman yang ingin tahu. jangan lewatkan artikel lainnya yang mungkin Anda suka. Terima kasih.,

© Copyright 2024 - Newsmenit Situs Berita Terbaru Terkini Setiap Menit
Added Successfully

Type above and press Enter to search.