Sinyal Bahaya: Ekonomi Indonesia Terancam, Apa yang Terjadi?

Newsmenit.com Selamat datang di blog saya yang penuh informasi terkini. Dalam Opini Ini aku ingin membagikan informasi penting tentang Business, News, Indonesia, Dunia. Laporan Artikel Seputar Business, News, Indonesia, Dunia Sinyal Bahaya Ekonomi Indonesia Terancam Apa yang Terjadi baca sampai selesai.
Table of Contents
Jakarta, awal Juni 2025, pasar dikejutkan dengan serangkaian data ekonomi yang kurang menggembirakan. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang berkelanjutan.
Kabar pertama datang dari sektor manufaktur. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Senin, 2 Juni 2025, menunjukkan angka 47,4 untuk Mei 2025. Angka ini menandakan kontraksi, mengindikasikan penurunan aktivitas manufaktur di Indonesia.
Kabar buruk kedua adalah perlambatan inflasi. Data menunjukkan deflasi bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,1%. Hasil ini lebih buruk dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan inflasi, namun tidak sampai deflasi.
Selanjutnya, surplus neraca perdagangan April 2025 mengalami penurunan signifikan. Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, surplus neraca perdagangan April 2025 menjadi yang terendah dalam 60 bulan terakhir, atau sejak Mei 2020. Nilai ekspor tercatat US$ 20,74 miliar, sementara impor US$ 20,59 miliar, menghasilkan surplus hanya US$ 150 juta.
Pudji menjelaskan bahwa penurunan surplus ini disebabkan oleh penurunan ekspor yang lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan impor. Penurunan nilai ekspor mencapai 10,77% dibandingkan Maret 2025.
Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, menyoroti bahwa pertumbuhan kredit perbankan yang belum optimal menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi. Ia menyatakan bahwa likuiditas saat ini lebih banyak dialirkan ke SBN dan SRBI, sehingga sektor riil mengalami kekurangan likuiditas.
Misbakhun memaparkan hal ini dalam acara CNBC Investment Forum 2025 di Jakarta, Jumat (16/5/2025). Ia menambahkan bahwa penyaluran kredit yang melambat disebabkan oleh dua faktor utama: permintaan yang lesu akibat daya beli masyarakat yang belum pulih dan suku bunga yang tinggi, serta penawaran yang terbatas akibat pengetatan likuiditas bank.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi dapat berlanjut pada kuartal kedua tahun ini. Daya beli masyarakat yang belum pulih dan keengganan pengusaha untuk melakukan ekspansi menjadi tantangan utama.
Begitulah sinyal bahaya ekonomi indonesia terancam apa yang terjadi yang telah saya ulas secara komprehensif dalam business, news, indonesia, dunia Saya berharap tulisan ini membuka wawasan baru berpikir maju dan jaga kesejahteraan diri. Mari berbagi kebaikan dengan membagikan ini. jangan lewatkan artikel lainnya yang mungkin Anda suka. Terima kasih.,
✦ Tanya AI