• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Energi Murah Batu Bara: Dilema Dunia yang Belum Usai.

img

Newsmenit.com Mudah mudahan kalian dalam keadaan sehat, Di Jam Ini aku ingin berbagi informasi menarik mengenai Business, News, Indonesia, Dunia. Analisis Artikel Tentang Business, News, Indonesia, Dunia Energi Murah Batu Bara Dilema Dunia yang Belum Usai Dapatkan wawasan full dengan membaca hingga akhir.

Di tengah ambisi global untuk energi bersih, batu bara masih memegang peranan penting di Asia. Lonjakan permintaan listrik, didorong oleh pusat data, pabrik yang haus energi, dan elektrifikasi massal, memaksa pembangkit listrik tenaga batu bara yang lama untuk beroperasi lebih lama dari perkiraan.

Menurut Wood Mackenzie, puncak konsumsi batu bara global diperkirakan terjadi pada tahun 2026. Namun, dengan adanya konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah, serta perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI), permintaan listrik terus meningkat, berpotensi menunda puncak konsumsi batu bara hingga tahun 2030.

Salah satu alasan utama mengapa Asia sulit melepaskan diri dari batu bara adalah usia pembangkit listrik yang relatif muda. Rata-rata usia pembangkit batu bara di kawasan ini masih belasan tahun, jauh di bawah usia teknis 50-60 tahun. Indonesia dan Vietnam memiliki pembangkit termuda di Asia. Secara bisnis, mempensiunkan pembangkit yang belum balik modal akan menjadi beban yang berat.

Keamanan dan keterjangkauan energi menjadi prioritas utama. Banyak negara Asia memilih untuk tetap menggunakan batu bara demi menjaga harga listrik tetap terjangkau. Meskipun energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin menjanjikan, teknologi penyimpanan energi seperti baterai belum cukup matang untuk menjadi sumber energi dasar (baseload).

Gas alam, yang dianggap sebagai bahan bakar transisi yang lebih bersih, masih terbatas di Asia. Inovasi seperti co-firing dengan amonia/hidrogen atau carbon capture, utilisation and storage (CCUS) sedang diuji coba, tetapi biayanya mahal dan hasilnya belum signifikan untuk menekan emisi.

Asia tidak anti-transisi, tetapi transisinya realistis dan bertahap. Lonjakan kebutuhan listrik, harga energi impor yang mahal, dan usia pembangkit yang masih muda membuat batu bara tetap menjadi penopang darurat di tengah ambisi net-zero.

Jika investasi pada teknologi rendah karbon tidak dipercepat, dunia berpotensi mengalami kenaikan suhu 3°C, jauh dari target Perjanjian Paris. Pertarungan batu bara bukan hanya soal iklim, tetapi juga keamanan energi, ekonomi, dan waktu.

Kesimpulan: Batu bara tetap menjadi bagian penting dari lanskap energi Asia untuk saat ini, meskipun ada upaya global untuk beralih ke energi yang lebih bersih. Transisi energi di Asia akan menjadi proses yang kompleks dan bertahap, dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, geopolitik, dan teknologi.

Begitulah uraian komprehensif tentang energi murah batu bara dilema dunia yang belum usai dalam business, news, indonesia, dunia yang saya berikan Jangan ragu untuk mencari tahu lebih lanjut tentang topik ini kembangkan potensi diri dan jaga kesehatan mental. Jika kamu merasa ini berguna jangan lupa cek artikel lainnya yang menarik. Terima kasih.

© Copyright 2024 - Newsmenit Situs Berita Terbaru Terkini Setiap Menit
Added Successfully

Type above and press Enter to search.