Tarif Rendah Picu Depresi? Fakta Ekonom Ungkap Kebenarannya!

Newsmenit.com Halo bagaimana kabar kalian semua? Di Sini saya akan mengupas informasi menarik tentang Lifestyle, News, Indonesia, Trends. Penjelasan Artikel Tentang Lifestyle, News, Indonesia, Trends Tarif Rendah Picu Depresi Fakta Ekonom Ungkap Kebenarannya Jangan diskip ikuti terus sampai akhir pembahasan.
Table of Contents
Pada tahun 1930, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat mengesahkan Undang-Undang Tarif Smoot-Hawley dengan tujuan meningkatkan pendapatan federal dan mengakhiri Depresi Besar. Namun, langkah ini justru menuai kritik tajam dari para ahli ekonomi.
Lebih dari seribu ekonom menandatangani petisi yang mendesak Presiden AS saat itu, Herbert Hoover, untuk tidak menandatangani undang-undang tersebut. Mereka berpendapat bahwa undang-undang ini akan memperburuk kondisi ekonomi yang sudah sulit.
Undang-Undang Tarif Smoot-Hawley, yang awalnya ditujukan untuk melindungi petani Amerika, akhirnya memperluas cakupannya ke semua sektor ekonomi, menurut Kantor Sejarawan Departemen Luar Negeri AS. Hal ini memicu perang dagang global, di mana negara-negara lain membalas dengan menaikkan tarif mereka sendiri terhadap produk-produk AS.
Para sejarawan dan ekonom sepakat bahwa undang-undang ini memiliki efek sebaliknya dari yang diharapkan. Alih-alih memperbaiki situasi, undang-undang ini justru memperparah kekacauan ekonomi dan menaikkan harga-harga. Dean Baker, seorang ekonom senior, menyatakan bahwa ia tidak pernah mendengar ada yang berpendapat bahwa kurangnya tarif menyebabkan Depresi.
Presiden AS saat itu, Donald Trump, sempat mengklaim bahwa Depresi Besar tidak akan pernah terjadi jika AS mempertahankan kebijakan tarif yang kuat. Namun, klaim ini dibantah oleh Baker, yang menyatakan bahwa hampir semua ekonom setuju bahwa tarif Smoot-Hawley pada tahun 1930 memperburuk Depresi.
Menurut Baker, kebijakan tarif dapat menyebabkan resesi dalam beberapa cara. Kenaikan tarif dapat mengurangi daya beli masyarakat, karena mereka harus membayar lebih untuk barang-barang impor. Selain itu, bisnis juga dapat menunda investasi karena ketidakpastian yang disebabkan oleh tarif.
Meskipun ada beberapa bisnis yang mungkin diuntungkan oleh hambatan perdagangan, Baker berpendapat bahwa mereka adalah minoritas. Perusahaan yang tidak banyak menggunakan komponen impor mungkin dapat melewati periode ini dengan dampak minimal, tetapi kelompok ini relatif kecil.
Pada akhirnya, meskipun mendapat banyak tentangan, Presiden Hoover tetap menandatangani Undang-Undang Tarif Smoot-Hawley. Kebijakan ini terbukti menjadi bumerang, memperburuk Depresi Besar dan menyebabkan penurunan perdagangan global. (CNBC Indonesia, 6 April 2025)
Demikian informasi tuntas tentang tarif rendah picu depresi fakta ekonom ungkap kebenarannya dalam lifestyle, news, indonesia, trends yang saya sampaikan Semoga tulisan ini membantu Anda dalam kehidupan sehari-hari tetap fokus pada tujuan dan jaga kebugaran. Mari sebar informasi ini agar bermanfaat. Sampai bertemu di artikel berikutnya. Terima kasih banyak.
✦ Tanya AI