DBS: Asa di Balik Perang Tarif Menggila

Newsmenit.com Mudah mudahan kalian dalam keadaan sehat, Di Kutipan Ini aku mau menjelaskan apa itu News, Indonesia secara mendalam. Ringkasan Artikel Mengenai News, Indonesia DBS Asa di Balik Perang Tarif Menggila Jangan berhenti teruskan membaca hingga tuntas.
Table of Contents
Jakarta, CNBC Indonesia - DBS, bank terkemuka di Asia Tenggara, baru-baru ini menyampaikan analisis terbarunya mengenai strategi investasi di tengah dinamika ekonomi global yang berubah.
Dalam laporan yang dirilis pada awal kuartal I-2025, DBS memprediksi tahun ini akan diwarnai dengan fluktuasi pasar yang signifikan. Salah satu poin utama yang disoroti adalah potensi peningkatan produksi minyak dan gas AS di bawah kepemimpinan Trump 2.0, yang diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi perusahaan-perusahaan energi.
Sebelumnya, DBS telah menganalisis kinerja portofolio investasi dengan alokasi aset yang berbeda. Portofolio 40/30/30 (40% saham, 30% obligasi, 30% aset alternatif) menunjukkan ketahanan yang lebih baik dibandingkan portofolio tradisional 60/40 selama periode tekanan finansial. Data dari Desember 2007 hingga September 2023 mencatat volatilitas tahunan portofolio 40/30/30 sebesar 9,3%, lebih rendah dari 11,4% pada portofolio 60/40.
Namun, untuk kuartal II-2025, DBS merekomendasikan dua perubahan utama dalam alokasi portofolio. Pertama, mengurangi porsi saham AS menjadi underweight dalam jangka pendek (tiga bulan), sambil mempertahankan pandangan overweight dalam jangka panjang (12 bulan). Keyakinan tetap tinggi pada sektor teknologi dan layanan kesehatan AS.
Kedua, meningkatkan alokasi saham Eropa menjadi overweight dalam tiga bulan, sambil tetap underweight dalam 12 bulan. DBS melihat peluang menarik di industri Eropa, terutama di subsektor pertahanan, keuangan, layanan kesehatan, dan teknologi.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk diversifikasi portofolio dan mengurangi risiko konsentrasi pada sektor teknologi AS dan saham Magnificent Seven (Apple, Microsoft, Amazon, Alphabet, Meta, Nvidia, dan Tesla). Kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS dan meningkatnya risiko de-dolarisasi juga menjadi pertimbangan penting.
Selain itu, DBS menyarankan investor untuk meningkatkan eksposur pada emas dan aset privat guna memperkuat ketahanan portofolio. Harga emas terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
Perubahan kebijakan imigrasi dan upaya efisiensi pemerintah (DOGE) yang berpotensi memangkas jumlah pegawai federal juga menjadi perhatian, karena dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, pertumbuhan PDB Indonesia tercatat turun menjadi 4,85% dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5%.
Begitulah uraian lengkap dbs asa di balik perang tarif menggila yang telah saya sampaikan melalui news, indonesia Silakan bagikan informasi ini jika dirasa bermanfaat selalu bergerak maju dan jaga kesehatan lingkungan. Bantu sebarkan dengan membagikan postingan ini. cek artikel lainnya di bawah ini. Terima kasih.
✦ Tanya AI